Emas

Harga Emas Tembus Rekor, Permintaan Safe Haven Meningkat

Harga Emas Tembus Rekor, Permintaan Safe Haven Meningkat
Harga Emas Tembus Rekor, Permintaan Safe Haven Meningkat

JAKARTA - Harga emas kembali mencetak rekor tertinggi sepanjang masa, menembus US$3.900 per troy ounce, seiring meningkatnya permintaan aset safe haven di tengah ketidakpastian ekonomi global. Kondisi ini terjadi di saat penutupan pemerintahan Amerika Serikat (shutdown) masih berlangsung, menimbulkan tekanan pada pasar keuangan.

Data menunjukkan, pada Senin, 6 Oktober 2025, harga emas di pasar spot sempat menembus US$3.920,63 per troy ounce, sebelum menurun tipis ke level US$3.908,44 per troy ounce. Sementara itu, kontrak berjangka untuk pengiriman Desember menguat 0,7% ke posisi US$3.935 per troy ounce. Lonjakan harga ini menegaskan posisi emas sebagai aset lindung nilai utama bagi investor.

Faktor Global Dorong Kenaikan Harga Emas

Salah satu pendorong utama kenaikan emas adalah penundaan rilis data ketenagakerjaan AS akibat shutdown pemerintah federal. Ketidakpastian ini menambah kekhawatiran investor terkait prospek ekonomi global.

Selain itu, siklus pemangkasan suku bunga yang dilakukan Federal Reserve (The Fed) juga memperkuat minat investor terhadap emas. Langkah-langkah moneter longgar meningkatkan daya tarik emas sebagai aset non-yield, sehingga permintaan terus bertumbuh.

Kenaikan harga emas sepanjang tahun ini sudah mendekati 50%, didorong oleh kombinasi ketidakpastian ekonomi, isu geopolitik, dan langkah kebijakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Investor institusional maupun sektor resmi turut berperan dalam menjaga momentum reli harga emas.

Proyeksi Harga Emas dan Sentimen Investor

Beberapa analis memproyeksikan harga emas dapat menembus US$4.000 per troy ounce dalam waktu dekat. Lonjakan ini diperkirakan akan didorong risiko geopolitik, ketidakpastian fiskal, serta kekhawatiran terhadap independensi The Fed.

Reli emas diyakini akan berlanjut hingga tahun 2026. Pembelian oleh bank sentral dan institusi besar diprediksi tetap kuat, meski mungkin tidak seagresif periode 2022–2024. Diversifikasi aset dari dolar AS menjadi salah satu alasan utama investor tetap menaruh dana pada logam mulia.

Jika pemangkasan suku bunga The Fed berjalan lebih lambat dari proyeksi, kenaikan harga emas bisa melambat. Namun, secara keseluruhan, kondisi global yang tidak pasti mendukung posisi emas sebagai investasi aman jangka panjang.

Emas sebagai Instrumen Lindung Nilai

Permintaan emas meningkat tidak hanya dari investor individu, tetapi juga dari institusi dan bank sentral yang ingin melakukan diversifikasi portofolio. Aset ini dianggap efektif melindungi kekayaan dari inflasi, fluktuasi mata uang, dan gejolak pasar global.

Lonjakan harga emas dalam beberapa bulan terakhir menunjukkan tren kuat untuk instrumen safe haven. Investor mencari perlindungan dari risiko makro, terutama saat ketidakpastian fiskal AS dan ketegangan geopolitik meningkat.

Selain itu, emas juga mendapat dorongan dari minat spekulatif yang dipicu media dan analis pasar, yang memproyeksikan tren bullish jangka menengah hingga panjang. Kondisi ini memicu peningkatan transaksi di pasar spot maupun berjangka.

Tren Positif Harga Emas Berlanjut

Secara keseluruhan, harga emas yang menembus rekor baru mencerminkan kekhawatiran investor terhadap volatilitas pasar global. Penutupan pemerintah AS, potensi pemangkasan suku bunga, dan risiko geopolitik membuat emas tetap menjadi aset lindung nilai yang menarik.

Investor disarankan untuk memantau dinamika pasar global, kebijakan The Fed, serta permintaan institusional terhadap emas. Stabilitas harga emas hingga 2026 kemungkinan akan tetap terjaga, didukung posisi emas sebagai safe haven utama di tengah ketidakpastian ekonomi.

Reli yang terjadi menegaskan emas sebagai pilihan strategi diversifikasi bagi individu maupun institusi, sekaligus menjadi indikator sentimen risiko global yang terus diperhatikan pasar.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index