Tantangan dan Strategi Batu Bara Indonesia Agar Kompetitif di Pasar Global

Jumat, 07 November 2025 | 08:06:55 WIB
Tantangan dan Strategi Batu Bara Indonesia Agar Kompetitif di Pasar Global

JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengakui bahwa batu bara Indonesia masih kalah kompetitif dibandingkan negara produsen lainnya. Penyebab utamanya adalah ekspor batu bara Indonesia masih didominasi jenis kalori rendah, sementara permintaan global lebih banyak pada batu bara berkalori tinggi.

Direktur Pembinaan Pengusahaan Batu Bara Ditjen Minerba ESDM, Surya Herjuna, menjelaskan bahwa cadangan batu bara Indonesia mencapai 31 miliar ton. Potensi total batu bara Indonesia bahkan mencapai 93 miliar ton.

Meski begitu, sekitar 73% cadangan tersebut adalah batu bara kalori rendah, hanya 5% merupakan kalori tinggi, dan 8% sisanya kalori menengah. “Artinya sebenarnya keterdapatan kita untuk menguasai pasar-pasar Asia apapun dunia itu sebenarnya dari segi resources kita itu tidak terlalu kompetitif sebenarnya,” ujar Surya di acara Coalindo Coal Conference 2025.

Upaya Optimasi Sumber Daya dan Pemenuhan Kebutuhan Dalam Negeri

Surya menambahkan pemerintah tengah berupaya mengoptimalkan sumber daya batu bara agar dapat bersaing di pasar internasional. Salah satunya dengan menata kebutuhan batu bara untuk pembangkit dalam negeri yang membutuhkan kalori menengah hingga tinggi.

“Jadi ini rebutan, kita sudah butuh kalori tinggi, tetapi di pasar dunia juga kalori menengah kalori tinggi itu sangat kayak kita, walaupun kalori rendah juga sekarang banyak diminta oleh pasar,” jelasnya.

Negara tujuan ekspor utama tetap China dan India, tetapi produksi batu bara Indonesia belum sebanding dengan kapasitas kedua negara tersebut. China, misalnya, mampu memproduksi sekitar 4 miliar ton per tahun, sedangkan ekspor Indonesia ke China hanya sekitar 120 juta ton.

“Jadi artinya sebenarnya penguasaan pasar itu agak semu kita sebenarnya, agak semu di dalam pasar Asia kita,” ungkap Surya. Pemerintah saat ini mencari mekanisme agar sumber daya Indonesia tidak dieksploitasi besar-besaran namun tetap menghasilkan harga yang kompetitif.

Produksi, Ekspor, dan Target 2025

Kementerian ESDM mencatat total produksi batu bara Indonesia sepanjang 2024 mencapai 836 juta ton, atau 117% dari target 710 juta ton. Dari total produksi tersebut, sebanyak 233 juta ton dialokasikan untuk kebutuhan dalam negeri (DMO), melebihi target DMO sebesar 220 juta ton.

Ekspor batu bara sepanjang 2024 tercatat 555 juta ton, meningkat dari realisasi 2023 sebesar 518 juta ton. Selain itu, 48 juta ton dialokasikan sebagai stok domestik.

Untuk 2025, target produksi ditetapkan sebesar 735 juta ton. Namun, sepanjang Januari–September 2024, produksi batu bara Indonesia tercatat 585 juta ton, atau mengalami kontraksi 7,47% secara tahunan.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nilai ekspor batu bara Januari–September 2025 turun 20,85% menjadi US$17,94 miliar atau sekitar Rp298,79 triliun (kurs Rp16.655 per dolar AS). Torehan ini terpaut jauh dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$22,67 miliar.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, menjelaskan penurunan nilai ekspor juga diikuti dengan susutnya volume pengiriman. Secara kumulatif, ekspor batu bara turun 20,85% hingga September 2025.

Volume ekspor batu bara pada periode tersebut tercatat 285,23 juta ton, turun 4,74% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya sebesar 299,41 juta ton. Koreksi volume ini memperlihatkan tekanan pasar global terhadap komoditas batu hitam Indonesia.

Tren Harga dan Dampaknya terhadap Pasar

Meski ekspor menurun, harga batu bara menunjukkan tren menguat. Pada perdagangan Selasa, 4 November 2025, harga batu bara di pasar ICE Newcastle untuk kontrak pengiriman bulan berikutnya ditutup di US$110,85 per ton.

Harga ini melonjak 1,14% dibanding hari sebelumnya dan menjadi level tertinggi sejak 27 Agustus 2025. Secara kumulatif, harga batu bara naik tiga hari berturut-turut, meningkat 6,69% selama periode tersebut.

Kenaikan harga memberikan ruang bagi produsen batu bara Indonesia untuk meraih margin yang lebih kompetitif. Namun, tantangan utama tetap pada komposisi cadangan yang didominasi kalori rendah.

Optimasi batu bara kalori menengah hingga tinggi menjadi kunci agar Indonesia bisa menguasai pasar regional. Pemerintah sedang menyiapkan strategi agar produksi lebih selaras dengan permintaan global tanpa membahayakan keberlanjutan sumber daya.

Strategi ini juga mencakup penataan stok domestik agar kebutuhan energi nasional terpenuhi. Dengan begitu, harga dan pasokan batu bara dapat tetap stabil di dalam negeri maupun di pasar internasional.

Kementerian ESDM menekankan pentingnya menemukan keseimbangan antara ekspor dan pemenuhan kebutuhan domestik. Pendekatan ini diharapkan meningkatkan daya saing Indonesia di pasar global batu bara.

Selain itu, penguatan nilai tambah melalui diversifikasi produk batu bara juga menjadi fokus. Dengan memproduksi batu bara berkualitas menengah hingga tinggi, Indonesia dapat meningkatkan posisi tawar di pasar internasional.

Peningkatan efisiensi logistik dan teknologi pengolahan juga dinilai penting. Langkah ini memungkinkan produsen menekan biaya sekaligus memenuhi standar kualitas global.

Meski menghadapi tantangan, peluang pasar batu bara tetap besar. Permintaan dari Asia, khususnya China dan India, masih tinggi, sehingga penguasaan pasar bukan hal yang mustahil jika strategi tepat dijalankan.

Dengan pengaturan produksi yang efisien dan penyesuaian kualitas batu bara, Indonesia bisa meningkatkan penetrasi di pasar ekspor. Strategi ini diharapkan mampu menjadikan batu bara Indonesia lebih kompetitif dan bernilai tinggi.

Terkini